Stop Pembobrokan Musikalitas Nasioinal - Stop Pembodohan Oleh Mayor Label

Semasa ini, bermunculan band-band alay yang hampir mendominasi media-media publik. sebut saja KANGEN BAND, ST12, MATTA BAND, WALI, HIJAU DAUN, GARNET BAND dan teman-teman sebangsanya. sungguh suatu keadaan yang sangat disayangkan. pasalnya, negara kita adalah negara yang telah lama berkecimpung di bidang musik. banyak musisi-musisi kita yang telah mendapatkan "nama" dipentas musik dunia. namun, dengan adanya band-band ini, reputasi tersebut terdengar seperti berita bohong. tidak akan ada orang yang percaya bahwa negara ini menyimpan segudang musisi berkualitas, jika cerminannya seperti band-band yang saya sebutkan diatas.

Band-band tersebut, menurut pandangan saya, hanya korban dari permainan para direksi dan petinggi MAYOR LABEL. mereka-mereka yang berkuasa atas segala rekaman dan promosi album, menjual band-band murahan tersebut demi keuntungan semata, bukan sebagai pewarna baru dan regenerasi dalam dunia musik nasional.

Mereka selalu mempersoalkan selera pasar. apakah menurut mereka, konsumen musik di indonesia hanya tertarik lagu melayu, sehingga band-band seperti itulah yang menjadi mesin uang mereka?? bagaimana dengan jazz, dimana setiap konsernya pasti selalu sold out? atau blues, yang tidak pernah kehilangan para penikmatnya? atau genre lain yang bisa menjadikan kancah permusikan indonesia menjadi lebih segar? apakah menurut mereka genre-genre tersebut tidak ada nilai jualnya? toh, Maliq & D'Essential, Thebrandals, Shaggydog dan Steven & Thecoconuttrees masi bisa menghasilkan uang. atau Mocca dan The Sigit, yang tanpa masuk mayor label, berhasil mengenalkan musik mereka di negara-negara lain.

Lalu, apa motif sebenarnya dari pengusungan band-band alay seperti ini? jika ditinjau dari penilaian masyarakat pula, band-band ini hanya menjadi hujat-hujatan dan sasaran caci maki para penikmat musik tanah air. atau, apakah hujatan dan caci maki masyarakat itu membawa nilai lebih bagi pihak label? apakah malah hujatan-hujatan tersebut yang mendongkrak pamor band-band alay tadi? jika ya, berarti yang mereka jual bukanlah SENI. mereka hanya menjual SENSASI.

Fenomena band-band alay ini juga akan berdampak buruk bila dibiarkan terus berkembang
  1. Musisi-musisi lain, yang sebenarnya jauh lebih berkualitas, akan semakin kehilangan pamor. mereka yang kuat, akan terus bermusik dengan hati mereka. mainkan apa yang mereka inginkan. mereka yang lelah, akan terbujuk goda rayu mayor label, dan merubah genre mereka sesuai kemauan pihak yang memegang kuasa. dan hal ini akan kembali menambah panjang daftar band-band alay.
  2. Tidak ada lagi referensi musik yang berkualitas dari dalam negeri. jadi jangan salahkan atau menilai buruk orang-orang yang lebih suka dengan musik luar saat ini, karena musik indonesia dianggap telah kehilangan kualitasnya.
  3. Perlahan tapi pasti, terjadinya penurunan kecerdasan bermusik bagi generasi mendatang. yang mereka pelajari dalam masa pengembangan bakat ialah band-band alay tersebut. bukan tidak mungkin nantinya mereka akan menjadi penerusnya dan hanya bisa bermusik sebatas chord D-Bm-G-A dengan ketukan drum yang low-beat. tidak ada lagi harmonisasi jazz, irama blues, ataupun sekedar akustik yang bermain dengan chord2 ganda, ataupun musik2 keras yang bermain double-pedals.
Jika itu terjadi, bisa dipastikan magicfinger dari balawan hanya tinggal kenangan, atau aransemen-aransemen menarik seperti gubahan puspa yang dinyanyikan tompi, hanya sekedar cerita.
itulah gambaran latar belakang dibentuknya grup ini. partisipasi anda dalam grup ini diharapkan bisa mewakili ketidaksetujuan kita terhadap perkembangan musikalitas tanah air yang diciptakan oleh sejumlah mayor label dan memasukkan band-band alay ke dalam kancah musik nasional.

Berbicara tentang mainstream negara ini, saya berpendapat mainstream negeri ini tidaklah bagus, namun tidak juga harus disalahkan. why ? ya, bagaimanapun juga kita semua harus menyadari dan menerima bahwa kita terlahir sebagai ras yang hidup dalam rumpun melayu. Namun memang ada kebudayaan melayu yang tidak cocok seharusnya dengan bangsa ini. secara musikalitas, negara ini memiliki kualitas musik yang sangat jauh dengan negara tetangga kita malaysia. We better than em, tapi realitas sekarang menunjukan grafik yang signifikan tentang destruktifnya musik mereka.

Lantas siapa yang harus disalahkan ? kita harus paham bahwa negara ini bukan negara maju seperti Britania Raya atau negara eropa lainnya, uang masih menjadi orientasi utama bagi para musisi. Disini lah yang namanya "Industri" itu tumbuh. Pada dasarnya Industri itu adalah medan peperangan, dalam segi apapun tak terkecuali musik. Ibarat magnet yang berbeda kutub, Industri akan selalu menempel pada sesuatu yang berorientasi uang. sekarang yang menjadi permasalahan di negara kita adalah buruknya pasar ! Buruknya selera ! dan itu menjadi ladang uang bagi Industri.
Secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut :
  1. Kondisi sosial ekonomi negara kita sangat menyedihkan, mayoritas masyarakat kita berada digaris kemiskinan. sekarang pikirkan, bagi mereka untuk apa mendengarkan musik2 yang rumit dan tidak mereka mengerti ? Untuk contoh : Bagi seorang tukang angkot misalnya (maaf tanpa bermaksud mendiskriminasikan) lebih baik saya berpikir bagaimana cara mencari uang daripada harus merumitkan otak dengan musik jazz.Silahkan survey, menurut mereka kangen band saja sudah cukup enak ko.
  2. Televisi yang sudah menjadi "IDIOT BOX!", lihat saja tayangan TV sekarang.. tidak ada yang lebih baik daripada metro dan Tv one, MTV juga begitu, sudah menjadi bagian dari propaganda industri. dan anda tahu ratting nya? luar biasa.....
  3. Kita ini masih minoritas.
Dari ketiga hal di atas dapat kita simpulkan bahwa sebenarnya tidak ada yang salah dari masyarakat kita karena mereka hanya "VICTIM". Mungkin untuk para musisi2 melayu tersebut, uang sangat mereka butuhkan. Terlalu picik jika rekan2 menghujat mereka yang terpaksa menjadi melayu karena kesulitan ekonomi ( kangen band contohnya) toh anda juga tidak bisa menafkahi atau mencari lapangan kerja lain bagi mereka. Ingat, masalah perut itu sangat sensitif ! Ada pepatah " untuk menghentikan minuman keras, hancurkan pabriknya", yang harus kita lakukan sekarang adalah melawan industri (Behavior Destroyer) dan bukan produknya, bagaimana? tentu dengan idealisme kita. terus berkarya dan menggalang berbagai acara musik indie.

Tidakkah kita iri dengan Summer sonic nya Jepang ? Indonesia juga bisa, hanya saja lebih baik diutamakan band2 independent atau non-mainstrean. Siapa tahu suatu saat, Indonesia memiliki even musik Internasional lain sekelas Java Jazz.

saya sadar mungkin ada yang tidak setuju dengan argumen diatas, bagaimanapun juga itu hanyalah pendapat saya dan bukan pengeneralisasian global sebagai doktrin. saya sadar masih terlalu bodoh, namun apa salahnya mengungkapkan pendapat. bukankah kita memang plural ? dan kesamaan dalam meliliki perbedaan.

For the last, Negeri ini butuh yel-yel perang, bukan lagu mendayu2.....

Bahkan sampe Armand Maulana pun bicara :

 Jakarta - Banyaknya band baru dan makin pesatnya pelaku musik Indonesia ternyata jadi kekhawatiran bagi Armand Maulana. Vokalis GIGI itu menilai bahwa musik Indonesia sedang tidak sehat.

"Gue terus terang memandang musik Indonesia nggak sehat," ujar Armand ditemui di Djakarta Theather, Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa (31/3/2009) sore.

Armand berpandangan negatif tentang musik Indonesia sekarang bukan tanpa alasan. Ia melihat musik-musik yang ditawarkan sekarang hampir serupa satu dan lainnya.

"Gue mikir ke depan, 15 tahun selanjutnya vitamin musik untuk anak gue apa," tukasnya.

Jika bicara tentang musik Indonesia yang sehat, Armand menyebut God Bless dan Koes Plus. Kedua band itu jadi vitamin musiknya saat ia masih remaja dulu.

Sedangkan bassis GIGI, Thomas melihat Slank dan Naif sebagai band Indonesia yang patut diacungi jempol. Band yang digandrungi anak muda itu dianggapnya punya karakter yang kuat.

Kembali ke soal musik Indonesia yang tengah tidak sehat, gitaris GIGI, Budjana pun ikut berpendapat. "Kemarin kita ngeliat band yang tidak layak di TV tapi ternyata dapat sambutan. Sebenarnya kasian banget mereka itu belum layak dan belum bisa mainnya tapi harus main," tutur Budjana.

"Gue sih kasihan sama band itu, dimanfaatkan label saat dia laku aja," sambung Thomas

Sumber: Kaskus

0 komentar:

Posting Komentar
Pembaca bijak ninggalin jejak, ada komentar? tulis aja...

 
Text Back Link Exchange
+ Follow This Blog