Apa korelasi buah bulet seger berwarna ijo dengan musik?
Jadi gini? Saya sudah mulai berhenti membajak lagu-lagu Indonesia karena; pertama, saya ndak paham lagu-lagu band masa kini; dan kedua, saya masih bisa menemukan CD (fisik) originalnya di toko-toko musik.
Yak, mesti belum sepenuhnya ‘bersih’, tapi saat ini saya sedang berusaha untuk menjauhkan diri dari yang namanya pembajakan. Saya biasanya mengunduh musik, hanya jika tidak menemukan CD originalnya di toko, biasanya lagu-lagu barat jadul atau yang udah langka ~atau karena memang musisinya menyediakan lagunya untuk diunduh secara gratis. (Seperti yang baru-baru ini, single 2011 milik The Strokes)
Banyak yang bilang, ngapain bayar kalau bisa gratis? Ngapain beli lagu, beli CD, atau beli DVD kalo bisa dapetin di internet secara gratis?
Saya dulu juga mikir seperti itu, tapi kemudian saya sadar bahwa ‘kita akan susah menghargai sesuatu yang kita dapatkan secara gratis’. Kesadaran ini muncul engga dari musik, atau sehabis saya baca artikel majalah yang membahas isu-isu pembajakan. Saya sadarnya justru dari ‘makanan’ saya sehari-hari: desain.
Di Indonesia, desain grafis menjadi hal sangat tidak dianggap. Keahlian desainer merancang tipografi, bidang-bidang garis dan warna suka menjadi rancu dengan keahlian cetak. Keahlian mereka tidak dihargai. Padahal, untuk menghasilkan desain yang optimal –tentu butuh waktu, tenaga dan skill yang memadai.
Sangat sedikit perusahaan cetak yang mencantumkan “Biaya Desain = Rp….” di daftar harga mereka. Umumnya memakai harga ‘paketan’, langsung jadi sejumlah harga sekian. Kadang malah di jendela atau baliho usaha mereka memajang gede-gede: Gratis Biaya Desain. Tidak heran, masyarakat pun menganggap desain itu kerjaan ecek-ecek yang nggak ada harganya. “Alah, cuma klak-klik, atur hurup gitu aja kok.”
(Mungkin kamu sekilas melihat banner di sebelah kanan di blog ini: “Desain Grafis BUKAN Desain Gratis”. Di postingan berikutnya akan saya bahas tentang hal ini.)
Sekarang kembali ke lagu gratisan, saya bisa membayangkan para musisi yang sedang bekerja keras –sama seperti saya dan para desainer bekerja. Para musisi menulis lagu, membeli dan merawat instrumen, latihan berjam-jam, menyewa studio, dan membayar ahli mastering dan mixing untuk merekamkan musik mereka. Semua itu biayanya engga sedikit. Bahkan home-recording sederhana dalam bentuk akustik sekalipun tetap butuh kerja keras.
Dan semua jerih payah para musisi itu hilang dengan satu klik “Free download here”.
Banyak alasan yang dilontarkan para pengunduh –termasuk dulu saya: misalnya karena cuma pengin dengerin sampelnya saja sebelum membeli CD originalnya; karena hanya dipakai untuk pribadi gak akan dijual atau di-share lagi; karena males jalan ke toko musik atau karena memang gak ada toko musik di kotanya.
Alasan yang terakhir ini kemudian membuat para musisi mengedarkan dan menjual musiknya secara online, demi memanjakan pendengar musik yang tidak mau repot-repot. Maka muncullah IM:port, semacam digital music distribution resmi namun hanya khusus untuk RBT. Tentu saja hanya potongan chorus atau hook satu lagu. Kemudian, kita juga tentu masih ingat dengan layanan LangitMusik dari Telkomsel itu.
Ada juga yang lebih luas, layanan dari keluarga Apple; iTunes Store, di mana lagu-lagu dan klip-klip video bisa dibeli dengan mudah. Baik satu album, atau lagu satuan.
Nah, kalau di luar sana ada apple ~di sini ada layanan baru bernama MelOn. Dengan embel-embel Unlimited Music Experience, MelOn menawarkan streaming lagu dan mengunduh mp3 dengan paket-paket yang variatif. Misalnya ada paket untuk mengunduh MP3, 10 lagu dengan biaya 14 ribu rupiah. Jika dihitung-hitung, ini cukup terjangkau. Karena satu lagu berarti cuma Rp 1400 rupiah. Tapi jika kita mengunduh satuan (bukan paket), satu lagu harganya sekitar 8000 rupiah. MP3 itu bisa dipakai tanpa batas waktu.
Menariknya, transaksi lagu di MelOn bukan dengan cara transfer ke rekening bank; atau memasukkan nomer visa kartu kredit. Proses transaksinya menggunakan pulsa kita. Jadi, di awal pendaftaran; kita diminta konfirmasi nomer henpon (khusus Telkomsel / Flexi) kemudian mendaftar di Melon. Setelah, itu biaya belanja yang ada di cart di Melon akan dibebankan ke pulsa kita. Cukup praktis.
Yang menarik lagi, MelOn juga mengadopsi iTunes yang menggunakan sync untuk memasukkan lagu-lagu hasil unduhan ke dalem henpon. Mereka bikin aplikasi bernama MelOn Player yang bisa dipakai buat download sekaligus memainkan streaming lagu. Interface-nya lumayan keren.
Selain bisa belanja lagu, si MelOn juga menantang kita untuk main game tentang khazanah musik Indonesia. Ngeselin, karena saya engga pernah bisa menjawab. Hahag. Di MelOn Ville ada tebak lirik lagu, kemudian trivia dan quiz-quiz ringan seperti siapa nama vokalis band Five Minutes, atau apakah judul single ST12 selain ‘Cari Pacar Lagi’. Ngeselin tapi bikin penasaran juga, soalnya ada hadiahnya. Ngoahaha. Coba deh!!
Layanan MelOn ini menarik, karena bisa menjadi cara alternatif untuk mengunduh lagu secara resmi dan legal. Dengan demikian, bisa menghargai jerih-payah para musisi lokal.
Atau kamu punya pendapat sendiri?
Btw, itu maskot melon mirip parampaa yah. Bulet, dan ijo gitu.
Sumber: Masova
0 komentar:
Pembaca bijak ninggalin jejak, ada komentar? tulis aja...